PARA peneliti mengatakan memiliki bukti bahwa merokok, minum obat, alkohol, atau kelebihan berat badan tidak akan membahayakan kesuburan pria dan mencegahnya untuk memulai sebuah keluarga. Mereka menemukan, kesuburan pria dengan gaya hidup tidak sehat kemungkinan besar sama seperti pria yang hidup sehat.
Namun, berdasarkan pedoman National Health Service (NHS) di Amerika Serikat yang dikeluarkan pada 2004, dokter seharusnya memperingatkan orang akan bahaya alkohol, tembakau, dan narkoba terhadap kesuburan. Untuk meningkatkan kualitas sperma, pria juga didesak untuk tidak memiliki kelebihan berat badan dan tidak mengenakan pakaian ketat.
Banyaknya jumlah sperma pria yang bisa berenang di dalam rahim wanita dianggap sebagai salah satu syarat agar wanita bisa cepat hamil. Untuk itu, laki-laki yang tidak subur disarankan untuk mengubah dan memperbaiki kebiasaan yang tidak sehat.
Namun, menurut tim ilmuwan dari universitas di Manchester dan Sheffield, Inggris yang melakukan penelitian ini, jumlah sperma berenang yang dihasilkan oleh seorang pria tampaknya hampir tidak terpengaruh oleh pilihan gaya hidup mereka.
Para peneliti ini merekrut 2.249 orang dari 14 klinik kesuburan di seluruh Inggris dan meminta mereka mengisi kuesioner tentang gaya hidup secara rinci. Hasilnya, sebanyak 939 pria memiliki jumlah sperma yang rendah, sedangkan 1.310 pria lainnya memiliki jumlah sperma yang tinggi. Hasil tersebut kemudian dibandingkan satu sama lain.
Sebagaimana yang dilaporkan dalam jurnal Human Reproduction, hasil perbandingan tersebut menunjukkan bahwa pria dengan kualitas sperma yang buruk 2,5 kali lebih mungkin telah menjalani operasi testis. Dan, pria yang memiliki kualitas sperma buruk itu dua kali kemungkinannya berasal dari etnis kulit hitam.
Mereka juga 1,3 kali lebih mungkin melakukan pekerjaan manual, tidak memakai celana boxer longgar, atau tidak memiliki anak sebelumnya. Tapi, pria yang mengonsumsi tembakau, alkohol, dan narkoba membuat sedikit perbedaan. Bahkan, kelebihan berat badan (yang diukur dengan indeks massa tubuh) tidak mempengaruhi kualitas sperma.
Pemimpin studi Dr. Andrew Povey dari Manchester University mengatakan, “Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa pilihan gaya hidup memiliki pengaruh kecil pada berapa banyak sperma yang pria miliki. Misalnya, apakah orang itu perokok atau mengonsumsi alkohol sedikit tidak penting. Hal ini berpotensi membalikkan banyak saran yang saat ini diberikan pada pria tentang bagaimana meningkatkan kesuburan mereka.”
Rekan kerja Dr. Apovey, Dr. Allan Pacey selaku pakar andrologi di Sheffield University mengatakan, pria masih harus merawat diri agar tetap menjaga kesuburan.
“Meskipun kami gagal menemukan hubungan antara faktor gaya hidup umum dan jumlah sperma, tetapi mungkin mereka dapat berkorelasi dengan aspek lain sperma yang kami belum ukur, seperti bentuk dan kualitas DNA sperma,” tutup Dr. Pacey, seperti dilansir Dailymail.
(tty)